Catatan kecil dari buku the art of loving, Erich Fromm


Kesalahan orang dalam memaknai cinta biasanya disebabkan beberapa factor:
1.      Kebanyakan orang memandang cinta pertama-tama adalah soal dicintai daripada mencintai
2.      Asumsi bahwa cinta adalah masalah objek, bukan masalah kemampuan
3.      Asumsi kebingungan antara pengalaman awal jatuh cinta dan kondisi permanen berada dalam cinta atau “bertahan” dalam cinta
Cinta adalah seni, sama halnya dengan hidup juga merupakan sebuah seni. Jika ingin belajar bagaimana mencintai kita harus melakukan cara yang sama dengan cara kita mempelajari seni. Proses pembelajaran seni ada dua bagian, pertama penguasaan teori dan yang kedua penguasaan praktik. 
Teori apapun tentang cinta harus mulai dengan teori tentang manusia, tentang eksistensi manusia. Manusia dianugerahi rasio, ia adalah makhluk yang sadar akan dirinya. Ia memiliki kesadaran atas dirinya, sesama, masa lalu dan masa depannya. Kebutuhan manusia yang paling dalam adalah kebutuhan mengatasi keterpisahannya, meninggalkan penjara kesendiriannya.
Sejarah agama dan filsafat merupakan sejaarah jawaban, keragaman, dan keterbatasan ini.
Salah satu cara untuk lepas dari keterpisahannya terdapat dalam segala macam kondisi orgiastic. Segala bentuk penyatuan orgiastic mempunyai tiga karakteristik; kuat (bahkan dahsyat); berlangsung dalam seluruh kepribadian, pikiran bahkan tubuh; bersifat sementara dan periodic.
Menurut kant, manusia tidak boleh menjadi alat bagi tujuan manusia lain. Semua manusia setara karna mereka adalah tujuan, dan hanya tujuan, dan tidak pernah boleh jadi alat bagi yang lainnya. Pemikir sosialis dari berbagai mazhab mendefinisikan kesetaraan sebagai penghapusan eksploitasi, penggunaan manusia oleh manusia, tidak peduli apakah penggunaan ini kejam atau manusiawi.
Dalam masyarakat kapitalis kontemporer, pengertian kesetaraan telah berubah. Kesetaraan manusia mengacu pada kesetaraan manusia mesin, manusia yang telah kehilangan individualitasnya. Dewasa ini kesetaraan lebih berarti daripada kesamaan daripada kesatuan.
Bentuk pasif dari penyatuan simbiosis adalah ketertundukan atau dalam istilah klinisnya masokhisme. Pribadi tersebut meninggalkan integritasnya, membuat dirinya menjadi instrument seseorang atau sesuatu diluar dirinya. Bentuk aktif dari peleburan simbiosis adalah dominasi atau dalam istilah psikologi yang setara dengan masokhisme adalah sadisme. Pribaddi yang sadistis ingin keluar dari keterpenjaraannya dengan membuat pribadi lain menjadi bingkisan bagi dirinya. Baik pribadi masokhis maupun sadistis tidak dapat hidup tanpa yang lainnya. Perbedaannya adalah pribadu yang sadistis memerintah, mengeksploitasi, menyakiti, dan menghina sedangkan pribadi masokhis diperintah, dieksploitasi, disakiti dan dihina. Keduanya memiliki kesamaan yaitu peleburan tanpa integritas.
Berbeda dengan penyatuan simbiosis, cinta yang dewasa adalah penyatuan dalam kondisi tetap memelihara integritas seseorang, individualitas seseorang. Cinta adalah kekuatan aktif dalam diri manusia, kekuatan yang meruntuhkan tembok yang memisahkan manusia dengan sesamanya, yang menyatukan dirinya dengan yang lain; cinta membuat dirinya mengatasi persoalan isolasi dan keterpisahan namun tetap memungkinkan dirinya menjadi diri sendiri, mempertahankan integritasnya. Dalam cinta terdapat paradox, yaitu dua insane menjadi satu namun tetap dua. 
Pada umumnya karakter aktif dari cinta adalah memberi, bukan menerima. Karakter menjual adalah kesediaan memberi, namun semata-mata untuk ganti menerima. Memberi tanpa menerima baginya adalah tertipu. Orang yang orientasi utamanya tidak produktif merasakan tindakan memberi sebagai suatu pemiskinan. Bagi karakter yang produktif, memberi mempunyai makna yang sungguh berbeda. Memberi merupakan perwujudan nyata dari potensi diri. Memberi menjadi lebih membahagiakan daripada menerima, bukan karna kehilangan melainkan karna tindakan memberi merupakan perwujudan bahwa diri benar-benar hidup. Dalam wilayah materi, memberi berarti kaya. Kaya bukanlah siapa yang memiliki banyak, tapi siapa yang memberi banyak. Secara psikologis, penimbun yang gelisah karna khawatir kehilangan sesuatu adalah orang miskin yang melarat, tidak peduli seberapa banyak yang ia miliki
Selain itu karakter aktif dari cinta terlihat jelas dalam kenyataan bahwa cinta selalu mengimplikasikan unsure-unsur dasar seperti perhatian. Tanggung jawab, rasa hormat dan pengetahuan. Orang mencintai apa yang ia dapatkan dengan berjerih payah dan orang berjerih payah untuk mendapatkan apa yang ia cintai. 
Cinta sesame adalah cinta antar kesetaraan. Cinta ibu adalah cinta kepada yang tak berdaya. Cinta erotis sepenuhnya merupakan ketertarikan individual, unik diantara dua pribadi yang spesifik. Cinta diri adalah bentuk penghormatan terhadap eksistensi diri, bukan sikap mementingkan diri sendiri.
Cinta kepada allah tergantung pada bobot aspek matriakal dan patriakal dalam agama. Aspek patriakal membuat kita mencintai Allah seperti seorang bapak; saya beranggapan bahwa ia adil dan tegas, bahwa ia menghukum dan memberi ganjaran, dan pada akhirnya ia akan memilih saya sebagai anak pilihannya. Dalam aspek matriakal pada agama, saya mencintai Allah seperti seorang ibu yang selalu memeluk. Saya meyakini cintanya, tidak peduli apakah saya miskin dan tak berdaya, tidak peduli apakah saya telah berdosa, ia akan mencintai saya, ia tidak pilih kasih pada anak-anaknya yang lain, apapun yang terjadi pada saya ia kan menyelamatkan saya, akan melindungi saya, akan memaafkan saya. 
Factor lain yang menentukan sifat cinta kepada Allah adalah tingkat kematangan yang dicapai individu, begitu pula konsepnya tentang Allah dan dalam cintanya pada Allah.
Mencintai Allah akan berarti merindukan pencapaian kemampuan penuh untuk mencintai reaalisasi makna Allah dalam dirinya. 
Jika seseorang menyadari dirinya takut tidak dicintai, yang sesungguhnya terjadi adalah takut mencintai meskipun biasanya tidak disadari. Mencintai berarti menyerahkan diri tanpa jaminan, memberikan diri sepenuhnya dengan harapan bahwa cinta kita akan membuahkan cinta pada orang yang dicintai. Cinta adalah tindakan keyakinan, dan siapapun yang kecil keyakinannya, kecil pula cintanya.

Komentar